SAIRERINEWS.COM – Sampah menjadi keluhan masyarakat di kabupaten Kepualuan Yapen, entah mau buang sampah atau dampak dari sampah tersebut. Hal ini butuh kesadaran masyarakat untuk dapat mengelola sampah organik dan non organik di lingkungan pekarangan rumah, tapi juga tanggungjawab pemerintah daerah untuk pengelolaan sampah.
Penelusuran Saireri News malam hari di jembatan 3 ton, distrik Anotaurei yang sering ditemui masyarakat membuang sampah terungkap pengakuan warga bahwa mereka tinggal di rumah sewa atau rumah padat penduduk, tidak ada tempat sampah untuk menampung sampah mereka.
“Kitong mau buang sampah dimana, buang jam berapa ? Kita punya rumah berdempetan tidak ada tempat sampah, akhirnya kami buang di jembatan ini” ucap seorang warga yang minta identitas nya dirahasiakan.
Ditanya kenapa mereka buang ke kali/sungai ? Jawabnya “Ya…kami sadar ini salah, awalnya kami tidak buang sampah ke kali, kami taruh di pinggir jalan tapi ada orang lain yang buang, makanya kami ikutan juga buang ke kali” ucapnya lagi.
“Lagian kalau kami taruh sampah di pinggir jalan, anjing suka bongkar sampah akhirnya berserakan dijalan. Jadi kami buang ke kali, agar saat hujan langsung hanyut” tambahnya.
Harapannya pemerintah melalui dinas terkait dapat menyediakan tempat atau bak sampah pada titik-titik strategis agar masyarakat tau dan buang sampah pada tempat tersebut. Juga menentukan jam buang sampah, harapnya.
Sementara itu warga kampung Banawa yang menjadi hilir muara kali Manainumi atau kali Mantembu, mengeluh akan sampah yang dibuang ke kali.
“Kami yang tinggal di muara kali sangat terganggu dengan sampah yang dibuang sepanjang kali ini. Lalat dan bau busuk kerap kali kami hadapi. Sekiranya ada solusi permasalahan sampah ini” tutur Sadrak Raweyai.
Selain jembatan 3 ton, tempat yang kerap menjadi tempat buang sampah adalah jembatan Wainakawini, namun inisiatif baik dari pemuda setempat (Wasa : Wainak Saja) membuat plan larangan, sehingga sudah sebulan (Desember – Januari 2025) sudah tidak ada sampah lagi.
- Mencemari air: Sampah popok yang dibuang ke sungai atau selokan dapat mencemari air bersih.
- Merusak ekosistem: Sampah popok dapat merusak ekosistem sungai dan laut.
- Menyebabkan penyakit: Sampah popok dapat menyebabkan penyakit pada manusia, seperti iritasi paru-paru, penyakit kulit, dan sesak napas.
- Memicu banjir: Sampah popok dapat menjadi pemicu banjir saat musim hujan.
- Menyebabkan kanker: Sampah popok dapat mengandung bahan-bahan yang dapat memicu kanker.
- Menurunkan kualitas air: Sampah popok mengandung banyak bahan kimia yang dapat memburuk kualitas air.
- Menurunkan kemampuan reproduksi biota laut: Sampah popok dapat menurunkan kemampuan menetas ikan telur dan kegagalan reproduksi biota laut.
- Menyebabkan ruam dan alergi: Sampah popok yang mengandung wewangian dan pewarna dapat menimbulkan ruam dan reaksi alergi.
- Menyebabkan diare parah: Sampah popok dapat membawa bakteri Escherichia Coli (E. Coli) yang dapat menyebabkan diare parah. (*)