Jendral Mathius D. Fakhiri, Selalu Berkorban Untuk Perdamaian dan Keamanan

Jendral Irjen Mathius D. Fakhiri di Mata Ajudan Pribadi, Terkenal Disiplin dan Tak Pilih Kasih

Jendral Irjen Mathius D. Fakhiri di Mata Ajudan Pribadi, Terkenal Disiplin dan Tak Pilih Kasih

 

MENJELANG PILKADA 27 NOVEMBER 2024
[wpcdt-countdown id="13070"]

SAIRERINEWS.COM – Dalam mengemban tugas sebagai Kapolda Papua sejak 2021, Irjen Mathius Fakhiri dikenal sebagai pemimpin yang selalu berkorban untuk perdamaian dan keamanan di Papua. Menurut Bribda Nusri, hal itu beliau tunjukan saat pengamanan rombongan pengantar jenazah Almarhum mantan Gubernur Papua Lukas Enembe pada Kamis (28/12/2023).

“Waktu itu kami sudah sarankan bapak Kapolda untuk tidak ikut berjalan kaki bersama rombongan pengantar jenazah, sebab saat itu situasi tidak memungkinkan untuk pengawalan langsung dan ikut berjalan,” ungkap Nusri.

“Kami sampaikan bapa ini masyarakat banyak sekali jika terjadi Keos sangat bahaya, tetapi bapa mentalnya luar biasa dan percaya penuh kepada masyarakat, makanya bapa ikut jalan kaki bersama masyarakat dan kawal jenazah sampai ke Stakin Sentani dan terjadilah Keos. Distulah kami lihat bapa rela mengorbankan nyawanya sekalipun demi kedamaian dan kenyamanan serta memiliki mental yangl uar biasa dan bukan kacang-kacang,” sambungnya.

Cerita lain lanjut Nusri, saat bersama Mathius Fakhiri di zona merah operasi, yang mana saat itu diserang oleh kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Kampung Banti 1 Mimika pada 2017.

“Saat itu hanya tersisa makanan kaleng dan mie instan, beliau menyesuaikan dengan situasi yang ada. Saya siapkan makanan yang ada mulai dari pagi sampai malam,” katanya.

Momen berkesan lain yang diceritakan Nusri adalah saat evakuasi jenazah yang terkena tembak di Kampung Utikini, Mimika.

“Disitu beliau turun tangan langsung untuk bantu evakuasi dan pada saat evakuasi jenazah kami diberondong dan ditembaki sehingga terjadi baku tembak. Jika beliau mau aman saja pasti tidak ikut dan ambil resiko dilapangan. Jadi beliau berani ya kita harus berani dan beliau disitu ikut balas tembakan,” tuturnya.

Begitu juga saat masyarakat disandera di kawasan Tembagapura, Mimika. Beliau ikut jalan kaki untuk menyelamatkan dengan menenteng pelindung diri dan senjata untuk memastikan evakuasi tersebut berjalan aman.

Ia pun berharap ke depan Irjen Fakhiri terus menuai kesuksesan. “Beliau itu sangat sopan, disiplin dan juga berani. Harapan saya terhadap bapak Kapolda itu semoga apa yang direncakan ke depan itu berhasil dan diberkati, selalu sehat, sukses dan selalu menjadi saluran berkat bagi banyak orang,” katanya.

Pengalaman menarik juga diceritakan Ajudan pribadi Irjen Fakhiri, Briptu I Ketut Agus Julio. Ia mengaku pertama kali mengenal sosok Kapolda sejak September 2019 saat masih menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua (Wakapolda).

“Sejak 2019 sampai dengan sekarang, saya intens setiap hari bersama dengan bapak, bahkan saat wabah Covid-19 kami tetap bersama beliau,” kata pria yang akrab disapa Julio.

Di mata Julio, Irjen Fakhiri adalah sosok yang humanis, suka bergaul dengan siapa saja, tidak neko-neko dalam melakukan keseharian baik soal makan, berbelanja, dan bertemu masyarakat.

“Beliau orang yang sederhana sekali, contohnya saja soal makan. Beliau tidak pernah pilih-pilih soal makanan, pokoknya apa yang di siapkan itu yang beliau makan. Bahkan saat berada di rumah, beliau tidak pernah meminta yang macam-macam. Artinya, apa yang disiapkan orang rumah itu sudah yang beliau makan. Begitu juga saat berbelanja di pasar mama-mama Papua, beliau tidak pernah tawar menawar atau merepotkan kita, pokoknya beliau bilang ambil saja jualan mama-mama,” ujarnya.

Selama 4 tahun mendampingi Mathius Fakhiri, Julio melihat Kapolda adalah pemimpin yang sangat bersahabat dan tegas kepada semua anggota.

“Ya, kalau bentak atau marah menurut saya itu manusiawi saja, mungkin karena tuntutan tugas dan itu hanya kalau saya atau teman-teman lakukan kesalahan yang fatal, itu pun beliau palingan hanya bentak dengan suara besar saja, tidak pernah main fisik. Selama 4 tahun lebih kami mendampingi, belum pernah saya lihat atau alami beliau sampai marah sekali, paling hanya bentak saja,” ujarnya. (*)

error: Konten dilindungi !!!