SAIRERINEWS.COM – Stunting di Papua sangat tinggi sehingga perlu ada peningkatan asupan makanan bergizi untuk ibu hamil dan anak, yang berkepanjangan.
Ini diungkapkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin kepada wartawan saat berkunjung ke salah satu Puskesmas di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Rabu (11/10/2023) siang.
Menurut ia, salah satu penyebab tingginya angka stunting di Papua, karena peningkatan pelayanan kesehatan yang masih kurang.
Angka prevalensi stunting di Provinsi Papua masih menempati urutan ketiga teratas menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 sebesar 34,6 persen.
“Tingginya stunting itu karena kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang pada ibu hamil dan anak sejak masih dalam kandungan, sehingga mengakibatkan berat badan menurun dan berdampak pada intelektualitasnya menurun,” ungkap Budi.
Oleh karena itu, perlu ada asupan makanan bergizi untuk anak dan Ibu hamil dan rutin mengontrol Ultrasonografi (USG) ke Puskesmas.
Menkes Budi meminta pemerintah provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan harus bisa mengatasinya. Karena peningkatan stunting ini sangat disayangkan.
“Padahal di Papua ini kan banyak sekali makanan bergizi yang memiliki protein tinggi seperti ikan dan telur, yang harus dikonsumsi Ibu hamil dan anak,” ujarnya.
Budi mengaku, saat ini pemerintah telah menyediakan anggaran untuk mengatasi stunting pada anak.
“Saat ini Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan alat USG untuk seluruh Puskesmas di Indonesia, sehingga diharapkan perlu ada peningkatan pelayanan kesehatan yang baik bagi ibu hamil dan anak yang harus disikapi serius oleh Dinas Kesehatan Papua,” harapnya.
Dinas Kesehatan Papua juga diminta lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, sembari melakukan sosialisasi terkait asupan makanan bergizi yang harus dikonsumsi Ibu hamil dan anak, agar angka stunting tidak lagi mengalami peningkatan.
Anak yang mengalami Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, seperti wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat, memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk, pubertas yang lambat.
“Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya, dan berat badan lebih ringan untuk anak seusianya,” terang Menkes Budi. [RILIS]