SAIRERINEWS.COM – Pendidikan kabupaten Kepulauan Yapen selalu dalam masalah dari waktu ke waktu, sebut saja; kehadiran guru di tempat tugas, sekolah di palang, rumah guru yang tidak mendukung, hingga anggaran biaya pendidikan yang sering lebih mengutamakan proyek pengadaan dan bangunan.
Hari ini, 30 Juni 2023 kembali menuai keluhan dari orang tua murid yang mengeluhkan SMA Negeri 1 Serui yang tidak sosialisasi proses penerimaan siswa baru dengan baik.
Orang tua murid baru menilai SMA Negeri 1 Serui tidak berpihak pada Orang Asli Papua (OAP) dan waktu pendaftaran online hanya di berikan waktu 2 jam 20 menit.
“Kami orang asli Papua tidak bodok agar kalah bersaing dengan siswa non Papua. SMA Negeri 1 maksudnya apa mendiskriminasi kami OAP ??? Ok kalau penerimaan siswa baru secara online untuk jalur Siswa Berprestasi sudah menolak banyak siswa OAP, kenapa jalur Zonasi tidak diberikan waktu lebih. Ini SMA 1 Serui mau membunuh karakter anak-anak Papua ?” tanya ibu Raunsai sambil menunjuk hasil pengumuman siswa baru jalur Siswa Prestasi, 92 siswa yang lebih dominan non Papua yang lulus di terima.
Orang tua siswa baru kecewa dengan SMA Negeri 1 Serui, pasalnya panitia tidak memperhitungkan waktu pendaftaran secara online dan juga tidak perhatikan alamat dan zona tempat tinggal untuk permudah akses anak-anak siswa ke sekolah.
“Jalur pendaftaran zonasi hari ini tidak objektif, panitia penerimaan siswa baru SMA Negeri 1 Serui tidak punya otak !!! Kami yang tinggal dekat dengan sekolah SMA 1 tidak lulus, apakah anak kami harus sekolah di SMA yang jauh supaya SMA 1 di sebut sekolah unggulan yang di huni oleh anak-anak orang kaya ???” tegas Ibu Raunsai.
Senada dengan itu, Ibu Ayomi juga mengatakan “Panitia penerimaan tidak punya otak dan nurani, dalam waktu 2 jam 20 menit pendaftaran di buka secara online, jaringan internet di Serui tidak lancar, bagaimana dalam waktu singkat itu panitia dapat melihat alamat siswa baru yang diterima ?” tanya ibu Ayomi yang tinggal dekat dengan SMA 1.
Lanjutnya “SMA 1 tidak boleh begitu, kami yang tinggal dekat dengan SMA 1 sangat berharap anak kami masuk SMA 1 agar akses rumah ke sekolah dekat, tapi juga fungsi pengawasan dan kontrol anak-anak dapat berjalan baik sesuai dengan kemampuan orang tua. Jangan biarkan anak kami harus sekolah jauh-jauh, akhirnya kami orang tua harus pikir ongkos ojek setiap hari atau membeli motor ke anak kami untuk nantinya kecelakaan, pergaulan bebas di jalan raya dan lain sebagainya ” pintanya.
Diketahui, puluhan orang tua murid datang langsung ke SMA Negeri 1 untuk tanyakan hal ini, namun tidak ada Panitia.
Orang tua siswa baru juga datangi rumah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen, namun rumah tertutup. (*)