Budaya  

PERANCIS “Peranakan Cina Serui”

oleh : Jose Ronald Tan Bonai

Keluarga Besar Toroa, sebuah keluarga generasi “perancis” terbanyak di kota Serui. Bermarga Tan, keluarga ini mencapai kurang lebih 500 kepala keluarga dengan anggota yang tersebar di Serui, Biak, Jayapura, Yobi, Sorong dan Raja Ampat.

MENJELANG PILKADA 27 NOVEMBER 2024

Cucu-cicit mereka juga banyak yang merantau di Jakarta, bahkan sampai ke luar negeri. Selain Tan, marga lain yang terbanyak di pulau adalah The, Oei, Soe, Yo, Sie, Goan, Thung, Chung, Cheng, Chi dan Bong.

Setiap minggu, keluarga yang sudah berlipat-ganda menjadi enam generasi ini berkumpul untuk mengadakan kebaktian keluarga. Mereka semua beragama Kristen Protestan. Hal ini tidak mengherankan karena faktor pengaruh sejarah misionaris Kristen yang mendominasi wilayah utara pulau Papua, sementara misionaris Katholik memusatkan kegiatannya di selatan Papua.

Toroa adalah nama yang diberikan kakek mereka untuk sebuah pulau di wilayah Ambai. Artinya “di sini kami berdiri untuk maju”. Di pulau inilah, Tan Kai Tjok, leluhur dari mereka semua, datang dari provinsi Fujian di Tiongkok untuk mencari hasil bumi. Ia datang berdua dengan keponakan laki-lakinya, Tan Siu Liu.

Setelah meminang Moibin Mabonai, anak salah seorang tetua adat Desa Manawi bermarga Mabonai yang cukup berpengaruh, Kai Tjok memboyong Moibin ke pulau Toroa yang masih tak berpenghuni. Di pulau kecil berjarak sekitar satu kilometer dari pantai itu, Kai Tjok mendirikan toko yang menjual macam-macam barang dengan cara barter.

Selain memberi nama Mandarin, ia juga memberi nama anak-anak mereka dengan nama marga istrinya. Misalnya, Tan Kui Hoa, salah satu anaknya yang masih hidup sampai saat ini, punya nama ‘lokal’ Yemima Mabonai.

Hal ini untuk membuat keturunan mereka masih diakui dan memiliki hak tanah adat atas nama Mabonai, karena suku Papua mengakui anak-anak perempuan sebagai ahli waris. Belakangan, saat keturunan menjadi makin banyak, generasi ketiga memakai nama keluarga Tan Bonai, perpaduan antara marga Tan dan marga Mabonai.

Penggunaan nama marga ibu dilakukan oleh semua anak-anak keturunan Tionghoa di Serui dan Biak. Misalnya keluarga Thung yang memakai nama Raweyai dan keluarga Chung yang memakai marga Erari. Marga Papua lain yang dipakai adalah Imbiri, Wairara, Abba, Sengkui, Ayorbaba, dan lain-lain.

Biasanya generasi kedua dan ketiga masih mempunyai nama Mandarin selain nama lokal. Namun kini, cucu-cicit mereka sudah memakai nama lokal atau nama barat diimbuh marga ibu.

photo by : Old Papoea photos

error: Konten dilindungi !!!