KEPADA SINODE GKI ! INI PERNYATAAN SIKAP KELUARGA, ALUMNI DAN SIMPATISAN YPK DI TANAH PAPUA

Serui,- Agenda lima tahun Gereja Kristen Injili di Tanah Papua adalah Sidang Sinode, yang mana Sidang Sinode ke XVIII ini berlangsung di kabupaten Waropen, 18 sampai 24 Juli mendatang.

Sederet agenda pembahasan dan pemilihan ketua Sinode GKI, akan lahir dari sidang ini. Aganda pembahasan Sidang Sinode ialah ;

  1. LPJ BP AM Sinode GKI di Tanah Papua Periode 2017-2022
  2. Perubahan Tata Gereja GKI
  3. Rancangan 87 Liturgi baru
  4. Pembahasan dan Penetapan Hymne dan Mars GKI – Tim 9
  5. 15 Bakal Klasis jadi Klasis Mandiri
  6. Penetapan Nama Dominee I.S. KIJNE sebagai nama sebuah Bandara di Tanah Papua
  7. Pengakuan Iman GKI
  8. Panduan dan Petunjuk Pelayanan
  9. Usulan Wilayah Pemekaran Klasis Baru

Hal- hal yang sudah berlangsung dan diakui di dalam gereja GKI tetapi belum mempunyai landasan hukum yang tetap dan akan ditetapkan dalam Sidang Sinode kali ini :

  1. Ottow & Geissler Sebagai Rasul Orang Papua
  2. Mansinam Sebagai Pulau Injil
  3. Miei dan Aitumieri Sebagai Pusat Peradaban Papua

Peserta sidang melibatkan, Badan Pekerja Am Sinode GKI, 55 Klasis, 15 Bakal Klasis, Jemaat Kategorial, Peninjau, Mitra Gereja, Pemerintah,LSM.

Menyikapi berlangsungnya sidang sinode ini, jemaat dan masyarakat Papua mengharapkan adanya hasil pembahasan kepada Yayasan Pendidikan Kristen (YPK). Hal ini ditegaskan keluarga, alumni dan simpatisan YPK di Tanah Papua, Serui 19 Juli 2022.

Ini pernyataan sikap Keluarga, Alumni dan Simpatisan YPK di Tanah Papua ;

Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) adalah yayasan yang lebih bergerak pada dunia pendidikan di Tanah Papua. Lebih tepatnya pada daerah pelayanan Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.

Sejarah mencatat 8 Maret 1962, tanggung jawab pengelolaan pendidikan di tanah Papua dari Zending di serahkan penuh kepada GKI di Tanah Papua.

Pada masa inilah terjadi perubahan nama Yayasan, dari Stchting Voor Christelyk Onderwys, di Indonesiakan menjadi Yayasan Persekolahan Kristen. Periode ini juga ditandai dengan dengan mundurnya gereja-gereja pendiri yayasan, seperti ZNHK, DZV dan GPM dan hanya menyisakan GKI. Serta berhentinya subsidi atau bantuan dari pemerintah Kerajaan Belanda untuk pendidikan di Tanah Papua yaitu, Lager Onderwys Soebsidie Ordonatie (LOSO) atau bantuan untuk pendidikan dasar, dan Middelbaar Onderwys Soebsidie Ordonatie (MOSO) atau bantuan untuk pendidikan menengah.

Menyikapi hal ini, masyarakat mengharapkan adanya pembahasan tentang YPK agar lebih maju lagi dalam kemandirian Yayasan, sumberdaya manusia dan infrastruktur. Harapan kami semua dalam Sidang Sinode GKI Ke-18 ini akan dibahas komisi khusus dan terlahir rekomendasi dari semua klasis-klasis se Tanah Papua, adanya restorasi dan inovasi Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) untuk mengakomodir semua kepentingan YPK, dengan tujuan bersama untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.

 

Ketua DPRD Kepulauan Yapen, Yohanes Raubaba, S.Sos kepada media berharap agar ada pembahasan khusus terkait YPK di Tanah Papua sehingga ada rekomendasi dari Klasis Klasis dari wilayah ditanah Papua, sehingga ada harapan baru dan restorasi dan dapat mengakomodasi seluruh kepentingan Yayasan Pendidikan Kristen dan dapat memajukan kualitas, serta mutu dari pelayanan YPK ditanah Papua.
Lebih mengerucut ke kabupaten Yapen, ketua DPR Raubaba menambahkan “sebagai ketua DPRD Yapen, saya telah sampaikan kepada PSW YPK untuk sampaikan surat-surat ke Gereja GKI di Yapen, agar diumumkan di Gereja supaya orang tua wajib menyekolahkan anaknya di sekolah YPK”, jelasnya.
Ketua DPRD Yapen hadir dalam kapasitas sebagai Ketua DPRD Yapen tapi juga telah dilantik sebagai Ketua Pengurus Alumni YPK Kabupaten Kepulauan Yapen yang juga mengambil aspirasi dari PSW YPK dari hasil kegiatan YPK di Miosindi Yapen, beberapa waktu kemarin.
Langkah ini menjadi salah satu dari sekian cara untuk memajukan YPK. Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) adalah salah satu yayasan yang menyelenggarakan pendidikan di Tanah Papua sejak misi pekabaran Injil dimulai, lembaga ini juga sebagai peletak awal bagi landasan pembangunan manusia Papua. Pendidikan Kristen di tanah Papua berawal dari masuknya para misionaris pada tahun 1885. Saat itu pendidikan non-formal sudah dimulai, barulah pada tahun 1962 berubah nama menjadi Yayasan Pendidikan Kristen. (*)
error: Konten dilindungi !!!